Laman

Selasa, 06 April 2010

Ketika aku tak tahu harus berbuat apalagi….

Aku bingung dengan diriku sendiri, dengan apa yang aku alami, dengan apa yang aku cari dan dengan apa yang pikirkan. Pemikiranku tentang hidup dan kenyataan kian menghempaskan aku kedalam suatu perenungan yang dalam dan menggilakan. Seribu pertanyaan muncul dalam otakku tanpa kumau, dan aku lelah mencari jawaban, pun sekedar bertanya. Aku tak mampu berpikir lagi, meskipun hanya untuk memikirkan hal yang sederhana. Aku mencoba untuk tak memikirkan apapun dan menjalani hidup seadanya, semampu aku bisa menjalaninya. Dan ternyata aku tak bisa jika aku tak berpikir, mungkin seperti kata Descartes, “aku berpikir, karena itu aku ada”. Pertanyaan-pertanyaan yang aku abaikan selalu mengusik pikiranku dan menuntut jawaban secepatnya. Untuk masuk pada pemikiran yang paling dalam, aku harus mengasingkan diri dari kenyataan, dan aku terlihat aneh oleh teman-temanku. Kepentingan-kepentingan pikiranku dalam perenungan, berbenturan dengan kepentingan-kepentingan teman-temanku dalam kenyataan, dan aku pun mulai mengingkari janji, semua terjadi karena kau bingung apa yang harus aku lakukan. Perbedaan pendapat mulai mengusik dan aku menerimanya sebagai keindahan. Sayang, perbedaan itu tidak terletak pada pemikiran pengertian dan makna yang aku cari, tetapi perbedaan itu lebih dimaksudkan untuk mengkritik keanehan dan perubahan dalam jasad kasarku bukan pada pemikiranku. Karena itu, aku harus menemukan jawabannya sendiri dan kadang sulit dimengerti orang lain, meskipun sejauh tidak melanggar prinsipku aku selalu mengalah dengan menerima dan menyesuaikan diri dengan pemikiran orang lain ( untuk hal-hal yang tidak menyentuh substansi pemikiranku ), hanya untuk menyenangkan mereka dan meyakinkan mereka kalau aku belum (benar-benar) menjadi gila. Akhirnya, pemikiranku berkembang pada pencarian satu wujud tunggal yag menjadi Causa Prima, aku mulai mencariNya sampai pada suatu kesimpulan aku tak mungkin dapat menemukanNya, lalu aku meyakiniNya dan ternyata Dia ada dalam hatiku dan bahkan lebih dekat dari urat nadiku.
Meskipun aku menyadari nafasku adalah sebagian dari dari nafasNya, dan hidupku ada dalam gengggaman tanganNya, tetapi pemikiran tentang hidup belumlah usai, aku masih memiliki beberapa pertanyaan yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar dalam sel otakku. Kehidupan yang kurasakan semakin menggilakan, mengajakku berpikir tiada henti akan rahasia hidup dan Tuhan sebagai asal mula dan tempat seluruh keberadaan. Dan aku semakin sulit dimengerti bahkan oleh diriku sendiri.
Kenyataan-kenyataan yang sedemikian berbeda dari yang aku pikirkan telah menghempaskan jiwaku, perjalanan menuju Tuhan sedemikian menyakitkan hatiku dan pengembaraan ini begitu melelahkanku, aku ingin membebaskan diriku dari pemikiran-pemikiran, dan aku tak tahu harus berbuat apa lagi berkaitan dengan pengembaraan dan pemikiran-pemikiranku itu.
Aku adalah milik Tuhan----demikian hatiku selalu berkata---- jiwaku tak punya kehendak apapun terhadap diriku tetapi sebaliknya diriku menginginkan seluruh apa yang ada dalam jiwa dan pikiranku, suatu hubungan yang tidak harmonis sebab diriku menuntut jiwa dan pikiranku untuk mengikutinya dalam bentuk sebuah kesadaran yang utuh di dunia nyata, tetapi kadang aku ingin membebaskan jiwaku terbang menemui Tuhan. Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kurasakan, kenapa aku harus seperti ini? Apakah kondisi gila adalah puncak pemikiran tentang hidup? Lalu apakah itu sebuah keburukan atau kebaikan?
Jiwaku rapuh dalam pengembaraan ini dan aku terjatuh tanpa sempat mengaduh, jiwaku yang kerdil hampir senantiasa terjatuh dalam lubang keputusasaan yang kian mendalam bahkan mengantarkanku pada keinginan mengakhiri hidup dalam seutas tali atau segelas baygon berkaitan dengan ketidakkuatanku dalam menerima hidup, tetapi imanku menuntunku pada sebuah kesadaran bahwa itu bukanlah pilihan terbaik, sebab kematian hanya akan mempercepat pertanggungjawaban hidupku dihadapan Tuhan, dan aku belum mempersiapkannya dengan baik, bahkan catatan hidupku masih berserakan, entah dimana…. Dan aku juga menyadari Tuhan akan murka padaku jika aku mengambil pilihan itu, mungkin Dia akan menendangku ke dasar Jahannam, dan itu menakutkan bagiku. Lalu, harus bagaimana lagi hidup ku pertahankan? Jujur, aku bosan dengan yang ku jalani…..
Aku ingin terbebas dari belenggu keberadaanku, dari keberadaan yang mengikatku dengan norma-norma yang meracuni pikiranku, dari keberadaan masyarakat yang menciptakan norma untuk dirinya sendiri, aku ingin membebaskan diriku dari ikatan-ikatan dunia yang membelengguku, aku ingin melepaskan diri dari belenggu yang tak tampak nyata ini….
Pemikiran dan pencarianku tentang makna hidup dan Tuhan, semakin menenggelamkanku dan aku semakin terlihat aneh bahkan beberapa teman mulai mengkhawatirkanku berkaitan dengan keanehan dalam diriku, dan jiwaku semakin terjatuh dalam ladang duka yang tiada tepi dan tak kutemukan tangga untukku naik….
Apakah untuk mengerti dan memahami hidup hidup harus menjadi gila…?

13 komentar:

  1. Itu pun perasaan yg sedang kurasakan.tapi setelah membaca postingan anda,saya jd semakin yakin jika orang yg sudah mulai diserang virus "bunuh diri" ya rata2 gejalanya sama yaitu:1.ingin bebaskan jiwa dari tubuh krn menganggap tubuh menjadi penjara jiwa yg membuat jiwa ikut menghadapi kehidupan/kenyataan/norma2 yg tak diinginkan/dikehendaki diri. 2.anti sosial(krn merasa tidak ada yg memahami yg kita alami. 3.sering memikirkan hal2 yg dalam mengenai kehidupan sehingga bknnya semakin bersyukur malah semakin merasa putus asa dan kadang kehilangan harapan.skrg ketika saya menulis ini saya pun masih mengalami perasaan ini.tetapi saya menyadarinya dan terus berdoa kpd TUHAN yg berkuasa memberi kekuatan kpd hambaNYA utk memenangkan pergumulan hidup ini.intinya hanya satu cara utk melawan perasaan yg berbahaya ini dgn lebih rendah hati menyembah kpd TUHAN Sang Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya.Dan dgn terus mengingat bahwa ini peperangan rohani bkn fisik,jd yg hrs kuat adalah roh kita.jd salah besar jika memahami hidup hrs menjadi gila itu bkn tujuan PENCIPTA kita utk ciptaanNYA yg mulia yaitu manusia.kalau perasaan itu semakin kuat dirasakan artinya kita belum terlalu rendah hati dihadapan TUHAN Pencipta manusia untuk dekat kpdNYA.

    BalasHapus
  2. Aq juga merasakan hal itu skrg.lelah rasa a memikirkan hal yg tak tahu apa ujungnya.bahkan ingin berhenti memikirkan pn tak bisa.sampai2 kehidupan sosial q hancur.jgn kn utk bertemu org2 baru.teman2 bahkan shbat se x pn tak mmpu aq temui.semua terasa canggung,bingung hrs ngmong ap.krn pikiran q tak berada dsna.d saat org sibuk dan mmbicarakn topik seru aq hanya bisa terdiam.ingin rsa a brbicara tp pikiran q bnr2 tdk bs fokus dgn apa yg sdg aq hadapi.ini bnr2 mmbuat q smkin bngung dan semakin tdk percaya diri utk ktmu org2.skrg hari2 hanya q lewati hny d rmh.ntah itu bermain dgn anak istri,nnton tv atau apa yg bisa q kerjakan d rmh.ingin se x bs hidup dgn normal sprt dulu.tanpa hrs ada rasa kawatir memikrkan hal2 yg sbnr a tak prlu d pkirkan.terutama bisa percaya diri brtmu dan interaksi dgn org2. Semoga kita d beri jalan keluar atas apa yg kita rasakan skrg

    BalasHapus
  3. Sama sepertiku aku msh blm bsa move on memikirkan orng tdk menyukaiku tiap hr hnya nama itu dan wajahnya yg selalu ada di pikiranku,akibatnya segala aktivitasku tdk berjalan baik,semoga aku bisa keluar dari rasa ini

    BalasHapus
  4. rasa yg sama.... aku juga belum bisa memaknai arti hidup ini... n rasanya ingin sx...........

    BalasHapus
  5. kita sama, hanya saja aku tambah dipusingkan dengan kekuranganku dalam hidup, selama hidup dr kecil sampai besar yang ku dapat hanya kekurangan, sampai sekarangpun aku masih belum mengerti mengapa Allah memberikan semua yang bukan keinginanku dan belum memberikan keinginanku yang sesunguhnya? Aku sudah lelah berlari dr bayanganku, terus terjatuh dan bangkit lagi, jatuh bangkit lagi, sampai2" tubuhku terasa sakit karena terlalu banyak jatuh. Setiap hari aku selalu dibayangi kekuranganku, bagai bayang yang tidak mau lepas.. Bayangan itu hanya menghilang dalam kegelapan atau dalam kesendirianku.... Sedih rasanya jika melihat orang2" dengan kelebihannya masing2", apa yang engkau rencanakan wahai tuhanku? Mengapa aku ini berbeda? Padahal fisikku sama? Aku tidak bisa menerima bayangan ini ya allah, dia selalu saja menggangguku disaat aku bahagia, kenapa engkau menciptakanku jk kalau cm jadi penonton hidup orang lain?

    BalasHapus
  6. Semua manusia sebenarnya pasti memiliki masalah
    cuma tdk tampak oleh kita,karna masalahnyapun berbeda yg Alloh beri tiap induvidu,cz Alloh berjanji tdk memberikan cobaan pd setiap hambaNya melebihi kemampuan hambanya .q menenangkan diri q sendiri dg kalimat itu..sebab pd saat ini,q pun merasakan hal yg sama..siang tiada gairah hidup,malam tiada harapan..tp q merasa hrs bangkit.bukan utk menunjukkan kpd siapapun.tp hidup hrs terus berjalan..memang saat menderita,saudara dan kawan menjauh..ini makin menghancurkan..namun bunuh diri jalan sesat,meski semua jalan terasa buntu.ingat,.tangis & tawa tdk selamanya..nikmati kesusahan yg diberi Alloh..mungkin ada pembersihan dosa2&kesombongan di dlmnya.."hujan tdk selamanya,hujan jg membersihkan debu&udara yg kotor"..kita hrs kuat serta berpasrah.Alloh mengingnkan itu..dg berpegang teguh pd senjata 2 senjata yakni sabar & sholat..selanjutnya berpasrah sepenuhnya...mudah2 an atas cobaan & kesusahan yg menghimpit kita,banyak hikmah yg mampu kita serap&kita terapkan pd langkah2 kita selanjutnya..Allohu Akbar.

    BalasHapus
  7. anda cari dgn cermat akar masalahnya....lalu cari solusi....dlm kegelapan total, kadang setitik cahaya diperlukan...spy tidak berharap.

    BalasHapus

Yuukk di komen-komen yaa...