Laman

Minggu, 21 Februari 2010

entahlah

sulit  bagiku mengatakan, sebagaimana sulitnya hati mengakui, apakah benar semua yang kujalani, apakah aku telah menjadi sosok lain?entahlah yang tersisa hanya hampa. aku sadar apa yang aku lakukan, tapi haruskah aku menyesalinya?

semua perasaan ini menguap begitu saja sebagaimana udara, entah kemana, entah  karena apa...
sesekali aku selalu menyalahkan takdir, mengapa semua harus terjadi?? mungkin tak adil, bukankah kita yang memilih takdir?

selalu saja perasaan ini menjadi hampa dengan tiba-tiba, ada apa dengan hidupku? aku seringkali bertanya, bukankah aku memiliki kehidupan yang bahagia? sejujurnya ya.. meski tak sebagaimana yang ada dalam pikiran semua orang, dan aku terlalu takut untuk jujur mengakui, aku takut dengan semua kejujuran ini, bukankah selama ini tak ada yang peduli apakah aku jujur atau tidak, bukankah lingkungan lebih menginginkan aku menjadi sosok yang berpura-pura, berpura-pura baik, berpura-pura peduli, berpura-pura perhatian, berpura-pura jujur, yaaa.. bahkan mereka tak peduli apakah menjadi diri sendiri atau orang lain? semua tak peduli dan tak mau tahu.... yang ingin mereka tahu adalah bahwa aku ini baik, selalu perhatian, selalu peduli dan tak mau tahu bagaimana aku menilai diri.

aaah kenapa harus dipertanyakan bukankah dunia hanyalah panggung sandiwara? dan sandiwara adalah pura-pura. dan aku mungkin bukan orang satu-satunya yang bersandiwara, ada banyak orang diluar sana dengan peranannya masing-masing, mengapa pula aku harus peduli sedang mereka pun tidak!

hidup hanyalah sementara dan aku hanya pemain sandiwara, pertunjukan mungkin akan segera usai dan aku harus mempertanggungjawabkan perananku apakah aku berhasil menjadi aktris/aktor hebat dan meraik oscar? atau actingku sungguh buruk dan membuat Sang Sutradara menjadi kecewa, marah dan menghukumku?
yaaaahh.. pertunjukan ini kadang membuatku bosan.
apakah aku mulai putus asa? entahlah
kini, aku hanya ingin menata hati dan mempertunjukkan acting terbaik, mengambil peranan yang kuanggap terbaik...tak perlu mempertanyakan apakah aku sekedar pura-pura atau tidak... yaaaa.. aku hanya ingin memberikan yang terbaik yang kumiliki, itu saja!

Selasa, 09 Februari 2010

Bila

bila semua ini sia-sia kuharap Tuhan segera kan mengambilnya
bila semua ini tak berarti kuharap waktu membuatnya menjadi penting
bila semua ini bukan untukku, kuharap Tuhan kan melepaskan semuanya

ya.. semua kata yang terucap tak mampu kupahami sebagai sebuah keindahan, adakah aku yang terlampau egois untuk mengerti, untuk memahami?? entahlah barangkali waktu membawaku pada posisi yang salah...

semua tak sempurna yang dibayangkan, semua nampak begitu nyata namun sia-sia

Selasa, 02 Februari 2010

Sang Waktu

lama waktu menemaniku dalam bisu
membiarkanku menapaki jalan ditanah asing
dan waktu setia bersamaku
menemani kesendirianku
bahkan membiarkanku menapaki keegoisan
dan waktu berlalu dengan cepat
meninggalkanku yang tak berubah
aku masih disini dengan harapan yang sama
saat aku pertama kali menginjak tanah asing ini
bahkan sang waktu merubah sebagian yang kukenal
aku masih disini
dan tak berubah....

Andai


Andai aku bisa menahanmu untuk tidak berlalu dariku
Andai waktu merelakanmu untuk tetap bersamaku
andai tangan kecil ini mampu menahanmu untuk tak pergi dariku
andai kita bisa menikmati makna kebersamaan
dan andai kita tetap bersama
aku hanya berandai-andai dalalm kesendirian
karena kau telah pergi
menghancurkan mimpi-mimpi yang telah dirangkai sekian lama
membiarkanku sendiri menapaki hayal
dan kau mendepakku dalam keangkuhan..

Yang Tak Kunjung Datang

Dalam lalu lalangnya tatapan aneh
aku masih termangu dalam kesendirian
menunggu seorang kawan yang entah dimana
kusimpan harapan dalam kereta argo Bandung Jogjakarta
kubuang penat dalam hayalku
kusimpan do'a dalam kalbuku

dalam hiruk pikuknya stasiun kereta
menit-menit berlalu dalam batas maksimum kesendirianku
dan harapan yang tak kunjung tiba
sampai kereta datang
berlalu sudah
kubuang angan dalam deru kereta
kulaju langkah dalam penantian
yang tak kunjung datang

Sunyi

kupeluk malam dalam kegelisahan
kedipan manja sang bintang
melelapkanku dalam kesunyian
semilir angin yang menerpa pucuk-pucuk daun
menggeliat dalam kedinginan embun
semakin mengharu biru perasaan
memporakporandakan jiwa
menghancurkan harapan
membuaiku dalam kesepian
kehampaan jiwa

Dekap erat malam dalam gemintang
aku terpaku memeluk harapan
memimpikan suka cita
dalam derai kehidupan nyata
tapi yang kudapatkan
hanyalah kepalsuan
dan asa yang tak kunjung juga

Aku

aku benci jika harus sendiri
sedang diluar sana dunia tampak begitu ramai dan menyenangkan
tetapi aku tak punya pilihan
bahkan untuk beranjak dari kesendirian pun bagai tak mungkin

aku melalui hari-hariku dengan cara yang amat menyakitkan
bergumul dengan kekhawatiran, ketakutan
dan bayangan suram masa depan

aku hidup dalam mimpiku sendiri
dan tak ada yang membangunkan
aku hidup diambang kesadaran dan mimpi
mimpi yang membuatku tersadar
kesadaran yang membuatku bermimpi
dan aku bagai orang asing dirumah sendiri..

mimpi

aku bermimpi untuk seorang kawan yang mau peduli
aku berandai untuk seorang sahabat yang mau mengerti
mengerti bahwa duniaku adalah diriku
dan aku adalah mimpi dalam kesadaran penuh
hingga tak mampu kubedakan apakah aku bermimpi atau terjaga
apakah ini mimpi buruk atau kenyataan hidup?
saat seorang kawan itu tak ada
aku masih disini dalam harapan
diambang mimpiku
diantara sadarku..

(catatan siang hari)

sepasang kaki ini

sepasang kaki ini
telah lelah berkelana
menapaki jalan terjal berliku
jalan kehidupan

sepasang kaki ini
terasa pedih, mengiris
ketika matahari memanggang bumi
dan terus berjalan

sepasang kaki ini
tetap melangkah meski tak pasti
berjalan menyusuri lorong-lorong gelap
menginjak kerikil tajam
mengucurkan darah
perih
mengiris tanpa alas

sepasang kaki ini
terus berjalan dan berjalan
mencari hakikat yang sejati
kebenaran!
keadilan!
yang hilan ditelan badai ketidak pastian
yang karam dilautan kesewenang-wenangan
yang hanyut disamudera ketidakadilan

sepasang kaki ini
masih terus berjalan
entah sampai kapan....

Perpisahan

ini takdir illahi
yang menghiasi kehidupan
perpisahan..
tak perlu kita sesali
tak perlu kita tangisi
ini pasti, bukan tragedi
setiap pertemuan pasti ada perpisahan

namun yang kusesali
kenapa kita harus saling terdiam
memamerkan keegoisan
kenapa kita tak mengakhirinya dengan manis?
bukan keterasingan

ah.. sekali lagi kusebut
ini takdir illahi....


(catatan seorang kawan)