Laman

Rabu, 07 April 2010

Kala Sunyi

Kesunyian mengantarkanku pada perenungan dan kesedihan. Dalam senyap, ketika aku hanya berdua dengan Tuhan, mungkin bertiga dengan syetan yang tak pernah merelakanku memadu kasih dengan Nya, aku menemukan diriku yang sebenarnya tak lebih dari seonggok jasad kaku dari setetes air yang hina, dan Tuhan melalui kekuasaanNya meniupkan roh pada tubuhku setelah aku sepakat dan menandatangani perjanjian untuk tunduk dan taat padaNya di Azali. Jadilah aku menjadi sosok yang seperti ini, sosok yang paling sempurna diantara sekian mahluk ciptaanNya.
Lalu dalam perjalanan waktu, saat aku mulai melupakan dan mengingkari perjanjianku denganNya, dan mulai berkenalan dengan syetan, yang kemudian ia menjerumuskan aku kedalam kesombongan, dan keserakahan. Aku sombong atas keberadaanku yang sempurna, atas kekayaanku yang melimpah, atas kepintaranku yang tak bisa ditandingi orang lain, lalu kemudian perasaan tidak puas mengantarkanku pada keinginan untuk memiliki dunia, aku ingin membeli seluruh isi semesta ini agar aku bebas mengitarinya tanpa dipungut biaya. Aku begitu sempurna bersekutu dengan syetan, dan kuanggap ia sebagai guru sekaligus penasehat spiritualku.
Kemudian, ketika berbagai kemalangan beruntun menimpaku berkenaan dgn roda kehidupan yang selalu berjalan terus, ketika syetan pun mentertawakanku dan berlalu meninggalkanku yang tersungkur dalam takdir, ketika semua yang kukenal pun mentertawakan kemalanganku yang disebabkan karena kesombonganku, ketika aku merasa hidup tak lagi adil, dan ketika aku merasa sendiri ditengah keramaian, aku dipaksa pada perenungan atas apa yang terjadi , dan aku dihadapkan pada berbagai pembuktian yang mengerikan.
Tiba-tiba saja aku ingat bahwa aku memiliki perjanjian dengan Tuhan, tiba-tiba aku sadar bahwa aku hidup karenaNya, karena kasihNya, tiba-tiba aku sadar bahwa aku harus tunduk dan taat pada perintahNya, lalu….yang selama ini kulakukan…?! Tiba-tiba saja aku merasa sangat membutuhkanNya…………
Aku tersungkur dalam penyesalan yang dalam, aku dibawa pada kesadaran yang membuat air mataku tumpah laksana hujan yang menyebabkan banjir dan menenggelamkan umat Nabi Nuh yang durhaka, apakah Tuhan masih mau memaafkanku? Apakah Tuhan masih bisa tersenyum melihat tingkahku selama ini? Atau Tuhan akan mengirimkan Izrail secepatnya untuk mengambil kembali rohku tanpa permisi, dan segera mengutus Munkar dan Nakir dengan palu dan cambuk untuk menyiksaku di kegelapan kubur…..aku tak sadarkan diri membayangkan semua itu, ( Aku pikir aku telah mati ).
“nak, Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang lagi Maha Pemaaf, kamu masih memiliki kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri, jangan buang-buang waktu untuk mengambil kesadaran, jangan biarkan syetan mengambil kesempatan menggodamu dari kekosongan hatimu, segeralah bertobat, anakku…Sesungguhnya Allah itu Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang” Seorang Kakek tua berjubah putih, mirip kakekku yang telah meninggal berkata-kata padaku dalam ketidaksadaran. Benarkah Tuhan akan memaafkan seluruh dosa-dosaku?
Kubuka mataku dalam kesunyian, kurasakan pancaran cahayaNya menembus rongga dadaku, kurasakan kedamaian saat ku sebut namaNya, saat itu pula kubatalkan seluruh perjanjianku dengan syetan, meskipun aku tahu dia takkan pernah rela melepaskanku. Tetapi aku tak peduli sebab saat ini aku hanya ingin Tuhan, aku hanya ingin berdua denganNya dan hanya Dia …………

“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadanya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agung “ (Q.S At Taubah:129).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuukk di komen-komen yaa...