Laman

Minggu, 21 Agustus 2011

Puasa Nasi di Hari Rabu

Ah, ini kan bulan puasa, mengapa mesti puasa nasi di hari rabu? toh selama sebulan ini kita melaksanakan kewajiban kita sebagai muslim yakni berpuasa pada bulan Ramadhan, sebulan penuh (insyaallah). Ini bukan tentang puasa ramadhan blogger, ini adalah anjuran dari Gubernur Jawa Barat yang telah dicanangkan pada acara Festival Keanekaragaman Makanan Bahan Lokal di Ciwalk, Cihampelas bulan Juli yang lalu.

Ya dalam rangka diversifikasi pangan, Pemerintah Jawa Barat mencanangkan program Puasa Nasi Pada Hari Rabu, jadi pada hari rabu masyarakat Jawa Barat disarankan untuk tidak memakan nasi, tapi di ganti oleh sumber kabohidrat lainnya seperti jagung, singkong, umbi-umbian lain dan sebagainya. Heemm.. seperti pada umumnya orang sunda, yang merasa belum afdol jika belum makan nasi maka saya menyangsikan program ini dapat berjalan dengan baik. Ada pribahasa bahasa sunda "matuh tuman batan tumbal" yang artinya sangat susah untuk merubah kebiasaan yang telah berjalan sangat lama. Nah, usaha mengganti sumber karbohidrat selain nasi pastinya akan sangat susah untuk dirubah meskipun cuma satu hari  karena jika belum makan nasi maka belum dianggap telah makan, walaupun kita mungkin telah memakan roti, jagung, singkong atau sumber karbohidrat lainnya. 

Konsumsi beras warga Jawa Barat jika dirata-ratakan mencapai 105 kg per kapita per tahun, sedang konsumsi beras secara nasional yaitu 130 kg per kapita per tahun, nah jika konsumsi nasi warga Jabar dalam satu hari setara dengan hasil panen beras dari 3.000 hektar sawah. Artinya, jika dalam seminggu, satu hari saja warga Jabar tidak mengkonsumsi nasi, bisa menghemat hasil panen 12.000 hektar sawah (sumber http://www.pikiranrakyat.com). Woow.. fantastis bukan hasilnya... disaat kita kekurangan bahan pangan karena pesawahan yang telah beralih fungsi, hanya dengan puasa nasi 1 hari kita bisa melakuan penghematan sebesar itu.

Memang, sejauh ini lahan-lahan pesawahan di Jawa Barat telah berkurang dan telah beralih fungsi menjadi perumahan, gedung-gedung dan lain sebagainya, gak perlu terlalu banyak memberi contoh, perumahan yang saya tinggali saat ini dan perumahan-perumahan sebelah adalah pesawahan yang telah beralih fungsi, saya selalu ingat 5 tahun yang lalu perumahan yang saya tinggali adalah hamparan sawah yang sering saya lihat ketika melewati Tol Padaleunyi, tak pernah berpikir untuk kemudian menetap dan tinggal disini, tapi begitulah, kebutuhan tempat tinggal dari hari kehari semakin meningkat seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk. 

Sebenarnya kita tidak perlu khawatir dengan anjuran Gubernur untuk tidak mengkonsumsi nasi di hari rabu sebab di acara festival keanekaragaman makanan tersebut banyak sekali aneka makanan olahan yang memiliki sumber karbohidrat tinggi yang berasal dari jagung, ubi jalar, singkong, ketela dan lain sebagainya dengan rasa yang cukup enak. Dengan demikian kita bisa membiasakan untuk mengurangi konsumsi nasi dengan menggantinya dengan menambah porsi buah-buahan dan protein.

Mudah-mudahan usaha kecil kita bisa bermanfaat mengingat selama ini kita  (RI) selalu mengimpor semua makanan pokok mulai dari beras, jagung maupun singkong. Ini menunjukkan betapa tanah subur nusantara kita ini, begitu dilecehkan dengan kebijakan impor yang makin memperjauh tujuan fundamental meraih predikat negara yang berdaulat akan pangan, mudah-mudahan suatu saat nanti kita bisa swasembada pangan, sebab swasembada makanan pokok merupakan sebuah identitas bagi sebuah negara bahwa negara tersebut telah berdaulat pangan. 

eeehhmm jadi inget lagunya koes plus --yang waktu kecil sering aku dengar dari radio butut ayahku--
"bukan lautan hanya kolam susu,
 kail dan jala cukup menghidupimu,
tiada topan tiada badai kau temui
ikan dan udang menghampiri dirimu

 orang bilang tanah kita tanah surga
tongkat kayu dan batu jadi tanaman
 (Kolam Susu - Koes Plus)

Semoga kedepan, kita tak lagi mendengar kabar mengenai penduduk (warga negara) yang kelaparan atau busung lapar di negeri yang kaya raya dan makmur ini. 

8 komentar:

  1. gak pernah kepikiran kalo ada puasa nasi
    dan gak pernah kepikiran "buat ngitungin konsumsi beras perkapita"

    hahahaha

    by the way
    emang ada budaya gituan disana mah??

    BalasHapus
  2. saya sering kok teh ga makan nasi bahkan ga makan apa2 hehehehe, masih banyak yg tidak bisa merasakan kenikmatan nasi pada kenyataannya jadi kalo menurut saya mah anjuran pak gubernur tidak terlalu ngaruh kalaupun tidak ada anjuran tetep saja hasil panen mah awet :)

    BalasHapus
  3. sy sih gak bisa puasa nasi... mnding puasa KFC :) :D

    BalasHapus
  4. @Fathan: sebenarnya upaya diversifikasi pangan udah dicanangkan pemerintah pusat, SBY juga sudah pernah menginstruksikan, nah kalo yang itu hanya anjuran dari gubernur jabar aja, ga tahu di daerah lain programnya seperti apa, bukan budaya, justru aku juga merasa "aneh" dan menyangsikan program ini berjalan dengan baik.

    @ananda: ya betul.. sebagian masyarakat mungkin ada yang makan nasi aja mereka cuma sehari sekali atau tidak sama sekali, nah dengan program ini mungkin pa gubernur ingin mengurangi konsumsi dari kebanyakan orang agar kita bisa menghemat beras dan pada akhirnya bisa memberi manfaat untk seluruh warga dengan adanya ketahanan pangan

    @Ismiaprial:hehehehe... yuuuk marii.. itu lebih bagus, junkfood itu kan ga baik buat kesehatan.. kalo saya malah sedang puasa makan daging, try to be vegetarian..:)

    BalasHapus
  5. tulisan yang kritis bunda.!

    saya sebenarnya sepakat dengan himbauan pak gubernur. cuma persoalannya bukan pada konsumsi bahan2 pokok selain nasi itu, tapi merubah pola dan kebiasaan masyarakat jawa barat khususnya yang memang sudah terbiasa makan nasi. ini yang susah..

    saya jadi ingat seminar mahasiswa maluku sewaktu kuliah dulu, bahwa kami orang maluku (ambon) dipaksa mengkonsumsi nasi, padahal di ambon itu gak ada sawah, hehe... yang ada adalah pohon sagu. dan ini menjadi makanan pokok orang maluku selain singkong, ubi2an, dan sejenisnya. Lucunya... ketika orang maluku sdh merasa ketergantungan sama nasi (beras), justru ada himbauan dr pemerintah daerah untuk back to SAGU. gimana orang maluku mau makan sagu, kalau beras di ekspor trus dari jawa ke maluku.
    dah gitu ada semacam sugesti "bahwa kalo gak makan nasi koq rasanya gak kenyang yah.? hehe..

    panjang amat gw coment. hehehe..

    kunjungan menjelang ashar bunda. :)

    BalasHapus
  6. @Bang ROe: hehehe.. trims sudh berkunjung..

    ya itu benar, aku juga sudh sering dengar tentang itu, berarti itu kebijakan yang salah dari pemerintah juga, bagaimana kita "seolah-olah" tersugesti kalo makan itu harus dengan nasi, padahal sumber karbohidrat tidak hanya didapat dari nasi, dan untuk sebagian wilayah Indonesia timur, yang "terpaksa" harus mengkonsumsi nasi yang bukan kebiasaannya padahal seharusnya pemerintah tetap menjaga "kebiasaan" warga setempat dan mengolah ladang-ladang mereka dengan makanan pokok mereka bukan dengan padi..

    ah, panjang juga aku membalasnya... kalo diterusin pasti menjadi diskusi yang menyebalkan hehehe...

    BalasHapus
  7. Ya ada baiknya juga sih... agar petani lebih produktif dan kreatif menghasilkan aneka pangan.

    Smoga sukses yaa...
    btw uda aku follow balik mbak..., tengkyu yaaa

    BalasHapus

Yuukk di komen-komen yaa...