Laman

Minggu, 14 Agustus 2011

Maukah Kau Menjadi Rembulan

Ada ragu yang membelenggu pilu sejak kau mendiamkan aku. Tak hendakkah kau berbagi kisah denganku? tak pantaskah aku mendengar kisahmu? Entah, ada rasa yang menusuk, ada debar yang terasa nyeri yang tak pernah kau tahu, pun diriku tak tahu, rasa sakit ini kuharap bukanlah suatu penyakit yang akan membawaku dari hadapanmu, bukan, bukan aku takut maut menjemput, aku mengerti hanya Allah saja yang tahu seberapa jauh perjalanan ini akan kulewati. Aku hanya khawatir, aku belum sempat mengatakan "maaf" padamu saat waktu berlalu.

Aih, aku sendiri tak memiliki keberanian untuk berterus terang, aku takut menatap matamu, sepertinya semakin mencabik-cabik hatiku. Memang, aku takut sebelum melangkah, tatapan matamu seumpama mentari yang begitu teriknya membakar dedauan, aku takut terbakar dan menjadi abu sebelum sempat mengatakan apapun.

Hei kau, maukah sekejap saja menjadi rembulan?memberi keteduhan, membawa nuansa romantisme yang anggun keharibaan bumi. Aku begitu rindu pendarnya yang mempesona dalam pekatnya malam. Rembulan itu keindahan, keanggunan dan penolong kehidupan, menemani malam tanpa rasa takut.

Maukah kau menjadi rembulan? sebentar saja agar dapat kunikmati indahnya kegelapan...

2 komentar:

  1. Maukah kau menjadi rembulan? sebentar saja agar dapat kunikmati indahnya kehidupan.

    gak mau ah, jadi matahari ajah. hehehe..

    maaf, sksd banget gw. :)

    salam kenal yah, blognya asik. :)

    BalasHapus
  2. hahaha... sama-sama, salam kenal juga... mentari sekarang ini terlalu terik, panasnya seperti hendak membakar, jadi.. maukah kau menjadi rembulan? sebenar saja...:)

    terimakasih sudah berkunjung..^_^

    BalasHapus

Yuukk di komen-komen yaa...