Laman

Kamis, 28 Juli 2011

Ramadhan dan tradisi menyambutnya

Ramadhan adalah bulan yang sangat di tunggu oleh seluruh umat islam di seluruh dunia. Ramadhan adalah bulan suci, bulan seribu bulan dimana kita bisa meraih pahala dengan berlipat ganda. Di bulan ini pula kita diberi ampunan dan maghfirah oleh Allah sehingga ketika 1 syawal menjelang kita "dianggap" kembali sebagimana bayi yang baru lahir. 

Di bulan ini Allah memberi banyak kemuliaan kepada seluruh umatNya, kebaikan yang sangat kecil, mendatangkan pahala yang besar. Semua orang (muslim) berlomba lomba untuk memberi kepedulian kepada sesama, berlomba-lomba dalam kebaikan sehingga bulan ini pun disebut bulan penuh berkah. Semua orang akan merasakan keberkahan dan keindahan bulan suci ini.

Meskipun tahun ini bulan Ramadhan di sambut dengan kenaikan harga berbagai macam kebutuhan pokok (sebenarnya "tradisi" kenaikan harga bahan pokok itu selalu menemani setiap ramadhan di tahun-tahun sebelumnya), akan tetapi kita selalu antusias untuk menyambut dan memeriahkannya, karena menyambut ramadhan bukanlah soal makanan atau pakaian baru akan tetapi tentang bagaimana kita berlomba-lomba dalam kebaikan dan mencari ridho Allah. 

Hampir di seluruh wilayah Indonesia ada beberapa tradisi menyambut ramadhan diantaranya adalah nyekar (ziarah kubur termasuk membersihkan kuburan dari orangtua, suami, istri, anak atau kerabat kita yang sudah meninggal), bersih-bersih (misalnya bersih-bersih masjid, karpet masjid, dibeberapa daerah bahkan dirayakan dengan sangat meriah, misalnya:
  1. Dugderan

    Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.
    Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah perkembangan jaman.
    Untuk tetap mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran.
    Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.

    2. Padusa

    Lain daerah pasti lain pula tradisinya, masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan upacara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat. Tradisi ini disebut “Padusa” yang bermakna agar jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa bersih secara lahir dan batin.
    Selain itu juga bermakna sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya.

    3. Meugang

    Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warganya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut “Meugang”, konon kabarnya tradisi “Meugang” sudah ada sejak tahun 1400 Masehi, atau sejak jaman raja-raja Aceh.
    Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh. Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu, agar semua warganya dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan.
    Tradisi “Meugang” biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Haji.

    4. Balimau

    Tradisi Balimau hampir sama dengan tradisi padusa, yakni membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian.
    Tradisi Balimau dilakukan oleh masyarakat Padang, Sumatera Barat. Biasanya tradisi ini dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan.
    Mirip dengan “Padusa”, makna dari tradisi Balimau ini berarti melakukan pembersihan diri secara lahir dan batin, agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa.

    5. Jalur Pacu

    Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut.
    Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.

    6. Nyorog

    Di Betawi, tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Meski istilah “Nyorog”nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi. Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.

    Tradisi “Nyorog” di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga sebagai pengikat tali silahturahmi sesama sanak keluarga. 
          (sumber http://www.kaskus.us/showthread.php). 

     7. Khataman

Ada pula acara yang disebut dengan khataman yang dilakukan oleh masyarakat lereng Gunung Andong, Magelang, yaitu pementasan berbagai kesenian yang diiringi tabuhan gamelan, seperti tarian kuda kepang , tarian soreng putri, dan tarian kuda kepang papat. Tarian khas Kuda Kepang Papat adalah tarian khas masyarakat Lereng Gunung Andong, Magelang yang hanya dimainkan oleh empat penari keturunan cikal bakal desa itu, yaitu Kiai Kotik (Alm) & Nyai Kotik. 

Dan banyak lagi tradisi-tradisi di daerah lainnya menyambut kedatangan bulan suci ini. Nah.. di tempatku setiap bulan Ramadhan selalu  ada acara yang disebut "Papajar" yaitu acara berwisata dan makan-makan. Aku ga tahu bagaimana cerita awalnya bermula, tradisi tersebut rasanya telah ada sejak aku mulai belajar berpuasa, meskipun setelah dewasa aku selalu menganggapnya tidak perlu, lha apa hubungannya coba mau puasa dengan berwisata dan makan-makan? bukankah kita masih tetap bisa melaksanakannya di bulan syawal atau bulan-bulan selanjutnya?

 Pada dasarnya tradisi-tradisi itu merupakan cara masyarakat untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan sebagai simbol kegembiraan akan datangnya bulan penuh rahmat ini. Dan alangkah lebih baiknya pula jika kita mengisi Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan positif yang akan menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, bukan hanya sebatas simbol saja atau sebatas "kebiasaan" dan kewajiban kita sebagai muslim. Ramadhan harus bisa menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Pribadi yang lebih kuat untuk menahan godaan zaman, menahan gelora kehidupan yang semakin hedonis. Yuph.. semoga Ramadhan kali ini bisa menjadikan insan yang bertakwa dan memberi manfaat bagi orang lain.

Selamat menyambut Ramadhan 1432 H, 
Selamat menunaikan ibadah puasa, 
Selamat berbagi berkah Ramadhan, 
Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT dan kita kembali fitrah di 1 syawal 1432 H


*catatan memotivasi diri sendiri*

3 komentar:

  1. wah, bnyak istilah yang bru sy dengar dan bru tau pas main di mareee. heheeheheee..

    well, marhabaan yaa ramadhaan.. :D

    BalasHapus
  2. Saya datang lagi sobat, seraya memohon maaf lahir batin atas setiap kesalahan kecil

    maupun besar, baik dari setiap komentar ataupun postingan yang kurang enak dibaca.
    Semoga puasa kita di bulan ramadhan diberi kesehatan .

    salam persohiblogan ^_^

    BalasHapus
  3. --> Accilong: hehehee.. sebenarnya itu baru beberapa yang aku baca saja, dibeberapa daerah atau mungkin di seluruh daerah selalu ada tradisi menyambut ramadhan..

    --> Auraman: sama-sama maaf lahir bathin juga.. met menjalankan puasa... salam balik

    terimakasih all sudah berkunjung..")

    BalasHapus

Yuukk di komen-komen yaa...