Tak hendak anakmu ini menangisi diri, membagi kepingan kepedihan
Namun airmata ini laksana air hujan
Membanjiri tubuhmu yang rikuh dimakan usia
Semula, hendak kusimpan lara ini di dasar samudera hatiku
Di tempat yang jauh yang tak bisa kau selami,
Namun kau penyelam luar biasa yang aku tahu
Menemukan seonggok luka di kedalaman hati
Menemukan jaring-jaring duka yang tlah terisi ikan-ikan kepedihan yang membusuk
Mati
Bunda,
Tlah kucoba menyembunyikan ribuan kelopak kepedihan di mawar yang kau tanam
Dan berharap kau hanya menemukan mawar indah di pagi hari
Semerbak harumnya menemanimu sepanjang hari
Namun pagi ini kau menemukan satu kelopaknya yang mati, gugur
Meranggas dalam waktu
Bunda,
Janganlah kau menangisi nasib diriku diantara waktu senggangmu,
Ku tak ingin mendengar isak dalam sujudmu
Sungguh,
Jangan kau ratapi anakmu
Tersenyumlah, beri aku kehidupan (lagi)
Bunda,
Maafkan anakmu tak sanggup menyembunyikan apapun darimu
Maaf membuat malam-malammu menjadi singkat
Sungguh ini bukan sesuatu yang ku harapkan..
Bunda..
Satu pelukan beri ku kekuatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuukk di komen-komen yaa...