Laman

Senin, 31 Mei 2010

Berawal dari sebuah kekecewaan

"Usirlah kejahatan dengan sesuatu yang baik, dan kamu akan menguasai lawanmu". (Rumi-Fihi ma fihi).

Aku tak pernah mengerti maknanya sampai ketika aku menemukannya dalam kemarahan dan kekecewaan, tiba-tiba saja aku memiliki sedikit pencerahan. Tidak semestinya merasa kecewa dengan perlakuan orang lain yang tak mengenakan hati kita. Kekecewaan, kemarahan, kecemasan adalah sifat dasar manusia. Hanya saja kita jangan larut dalam kekecewaan, kemarahan ataupun kemalasan. Apa yang ada dalam pikiran kita akan membentuk opini dan mempengaruhi kehidupan kita kedepan.

Sakit hati dan kecewa adalah hal biasa dan kita harus mampu mengatasinya. Berpikir positif adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk menyikapi sebuah peristiwa. Hal itu akan memberikan ketenangan batin (setidaknya akan memberikan persepsi yang berbeda mengenai apa yang kita rasakan), melihat sisi negatif dari sebuah peristiwa hanya akan mengurai luka dan menumbuhkan perasaan kecewa yang mendalam.

Dalam hidup akan ada banyak hal yang kita lewati, tidak hanya tentang sebuah kesuksesan namun juga sebuah kisah kepedihan. Dan kisah kepedihan pun beraneka ragam bentuknya, kadang-kadang kesedihan itu dibentuk oleh pikiran kita, namun tidak sedikit yang disebabkan karena orang lain, karena dikhianati, dikecewakan dan lain sebagainya. Untuk bangkit dari keterpurukan, kepedihan maupun kekecewaan kita harus mampu mengendalikan hawa nafsu kita.

Hidup manusia adalah perjuangan untuk memenangkan pertarungan suci antara akal (pikiran yang sehat) dan hawa nafsu, dan untuk memulai pertarungan dengan hawa nafsu kita harus mengupayakan kebersihan hati dan pikiran. Hati dan pikiran yang bersih akan menjadi awal yang baik untuk menciptakan suasana yang kondusif dan akan memberikan energi yang positif yang bisa menjadi modal yang berharga untuk meningkatkan produktifitas diri. Hati dan pikiran yang bersih akan membawa kita pada semangat dan kualitas hidup yang lebih baik, dengan demikian kita akan meminimalkan perasaan marah kita akibat dikecewakan oleh orang lain, namun kita akan mengambil hikmahnya sebagai bahan instropeksi diri, mawas diri dan menyerahkan semuanya pada kehendak Tuhan yang satu, bukankah semua hal didunia akan bermuara pada satu tujuan yang sama? Ketika kita ikhlas dan memasrahkan apa yang terjadi sebagai takdir yang baik, maka kita akan merasakan kekuatan dan semangat untuk hidup menjadi lebih baik baik, dengan demikian kekecewaan itu akan menjadi pijakan untuk kesuksesan kita di masa depan.

Seperti sebuah peribahasa arab mengatakan “dan jagalah hatimu dari penyakit-penyakitnya, sulit mengembalikan hati yang sudah jauh dari kebenaran, sesungguhnya hati jika sudah kotor , membersihkannya seperti mengumpulkan kaca yang sudah pecah berserakan”. Oleh karena itu janganlah kita mengotori hati kita dengan kebencian dan dendam kepada orang lain, biarlah mereka memperlakukan dan membalas kebaikan kita dengan kejahatan, biarlah Tuhan yang akan membalas semua perbuatan mereka terhadap kita, jangan biarkan hati kita dikotori oleh dengki, sebab jika hati menyimpan kebencian akan sulit untuk menerima kebenaran. Tidak selamanya mereka yang telah membuat kita kecewa melakukan kesalahan, mungkin ketika mereka melakukan itu terhadap kita, mereka hanya sedang lupa dan khilaf dan kita tidak perlu membalas perlakuan mereka dengan hal yang sama.

Kemarahan dan kebencian adalah suatu kegilaan yang mengalir dalam jiwa, sebagaimana arus listrik mengalir dalam badan, Dale Carnegie memandang bahwa rasa santun terhadap musuh atau orang yang telah mengecewakan kita adalah suatu rahmat yang melekat di jiwa sebelum orang lain mendapat kebaikannya dan mengetahui kebijakan serta kenyamanannya. Kalau ada seseorang yang berbuat tidak baik terhadap kita, maka lupakanlah dia dan jangan berusaha membalasnya sebab apabila kita menaruh rasa dendam, berarti merugikan diri kita sendiri dan sama sekali tak merugikan dia.

Rasulallah bersabda :
“tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, maka Allah akan menempatkannya pada pemeliharaanNya dan akan melindunginya dengan rahmatNya serta akan memasukannya dalam kecintaanNya yaitu :
1. apabila diberi ia bersyukur
2. jika mampu membalas dia memaafkan
3. jika marah ia bersikap tenang”
(Hadits Riwayat Al Haakim)


Dan obat dari semua kekecewan adalah memaafkan, membersihkan hati dari rasa benci dan membuang pikiran untuk membalas dendam terhadap apa yang telah mereka perbuat kepada kita, yang tidak ada manfaatnya sama sekali kecuali hanya membuat kita kesal saja. Sebagaimana firman Allah SWT..
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin kalau Allah mengampuni kamu?......... (Q.S Annuur:22)

Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah……….. (Q.S Asy syuuraa:40)


Demikianlah, ketika kita menyerahkan semua hal dalam hidup kita (kebaikan dan keburukan) dan menyerahkan semuanya pada Allah, maka hidup kita akan lebih tenang untuk dijalani, jangan memikirkan apa yang orang lain perbuat kepada kita (karena itu bukan urusan kita) tapi pikirkanlah untuk senantiasa berbuat kebaikan pada siapapun (kawan maupun lawan) kita, dan ikhlaskan serta yakinkan bahwa hanya Allahlah yang akan membalas semua perbuatan kita.

“setiap kejadian adalah pelajaran, dan selalu ada hikmah dari setiap keadaan, bahkan dari kejadian terburuk sekalipun dalam hidup kita”

Wallahu’alam
(24 Mei 2010: 01.00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuukk di komen-komen yaa...