aku merana dalam birumu, langit
kau begitu indah, tak sebanding dengan rantingku yang tak berdaun
tahukah engkau, daun-daun itu berguguran dengan sakit yang tak tertahan,
kau begitu indah, tak sebanding dengan rantingku yang tak berdaun
tahukah engkau, daun-daun itu berguguran dengan sakit yang tak tertahan,
meninggalkanku sendiri tuk menyempurnakan kehidupan
mengertikah engkau, aku merana tanpa dedaunan
rasanya kehidupanku tak sempurna,
sebagaimana langit biru tanpa awan putihmu
kehidupan memang selalu berputar,
daunku memilih meninggalkan tangkai demi hidupku,
meninggalkan ranting-ranting kecil
aku nampak seperti penghuni Somalia yang kelaparan
kering, kerontang, merana karena kemarau panjang..
oooh langit.... payungi aku dari teriknya mentari
beri aku kehidupan dalam hujan yang kau beri
agar daunku kembali memberi rindang
memberi harapan, memberi hijau..
waduh, kenapa tentang daun, ranting, dan awan biru..!
BalasHapussudah 3 postingan blogger yg saya baca ttg daun, termasuk punya saya. hehe..
ada apa dengan daun..???
hehehe lagi musim kali Bang ROe, daun ternyata menginspirasi yaa.. hahaha..
BalasHapustapi postingan abang tentang daun kueereeen sangat!! ^_^
bacanya jadi ikut merana.. sedih sekalski.. hiks! hiks!
BalasHapus@fitri: hahaha.. menangislah... biar air matamu menyiram ranting itu hehe
BalasHapuskayaknya DAUN memang menginspirasi di bulan september ini... bulan yang ceria..! hehe..
BalasHapussuka sama foto langitnya, indah sekali..
BalasHapuspilihan diksi yang romantis tapi sedih :)
musim kemarau telah datang, semoga pohonnya tegak sampai ia bertemu hujan.
puisinya bagus :)
BalasHapus@vheytha: terimakasih non.. saya jadi tersanjung...
BalasHapus