Beberapa hari ini, setiap berangkat kerja aku selalu senang melihat-lihat sekeliling, apalagi di tengah kemacetan lalu lintas yang seringkali membuat aku stres -skala kecil-, memandang sepanjang perjalanan adalah terapi untuk mengalihkan perhatian terhadap kondisi jalanan yang macet. Tiba-tiba saja perhatianku terantuk pada sepotong jiwa yang lemah yang tergeletak di pinggir jalan, kita menyebutnya orang gila.
Ia sang gila, yang telah gila dihadapan kehidupan, kata orang-orang, ia sangat gila di hadapan kenyataan keindahan duniawi yang gemerlap, ia sang gila, dibawah bayang-bayang temaram dunia yang menyilaukan, ia tidak gila dihadapan teman-temannya yang katanya juga gila, ia tidak gila kata temannya yang gila-gila, ia adalah satu dari sekelompok jiwa-jiwa yang gila dalam hidup ini, yang dianggap aneh oleh kehidupan yang karenanya dikucilkan dan diasingkan (Arini Hidajati - Wong Edan)
Hemm.. dengan iseng kemudian aku menghitung jumlah orang gila yang kutemui hari itu dengan berbagai tingkahnya, ada yang berjalan, berbicara sendiri, merenung sendiri, menangis sendiri dan bahkan orasi sendiri, totalnya hari itu aku menemukan 5 orang gila dengan polah yang berbeda. Sedemikian parahkah kehidupan ini? sampai-sampai dunia ini telah membuat 5 orang menjadi gila (yang kutemui hari itu), belum dihari-hari selanjutnya, rasanya makin kesini makin banyak saja orang yang gila atau bertingkah gila. Entahlah, berapa jumlah kongkrit orang gila di Bandung ini, atau mungkin se Jawa Barat? atau se Indonesia?? perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jumlahnya.
Aku sedih melihat mereka berada di jalanan, apakah mereka tak memiliki keluarga? apakah mereka sedemikian hinanya sehingga keluarga sendiri tidak peduli, kemudian menggelandang tidak karuan, apakah itu kiriman dari Rumah Sakit jiwa seperti yang sering diberitakan karena mereka sudah tak mempunyai kemungkinan untuk sembuh, sementara Rumah Sakit Jiwa memiliki dana dan tempat yang terbatas sedang pasien selalu meningkat setiap hari sehingga tidak memungkin untuk terus memelihara "orang lama", dan solusinya adalah membuang mereka kejalanan? entahlah.. yang pasti kehadiran orang gila hari itu membuatku merenung sepanjang jalan, betapa kehidupan ini begitu kejam (buat mereka).
Kita terkadang tidak menyadari bagaimana si gila tidak pernah bersuara, ia adalah hakikat kenyataan kehadiran yang bahasanya adalah diam dan tapa. Gila adalah tanda-tanda Allah semata, ini adalah kehendak Tuhan, yang akan membuat kita mensyukuri kehidupan dan berkata "betapa bersyukurnya kita tidak menjadi gila" kita tidak dapat mengetahui rahasia Allah, bagaimana jiwa yang kumal adalah rahasia terdalam dan unik, ketika tiba-tiba saja Tuhan membuat ia gila, jasadnya berjalan sendirian, mulutnya berbicara sendiri, dan tak tahu hendak kemana kaki melangkah, tak mengerti hendak kemana kehidupan itu ia bawa.
Ia gila, biarlah, ketika itu mengantarkannya kepada kebenaran dan cinta, mengantarkan kepada kesejatian kehidupan yang paling hakiki dan keindahan wajah Tuhan di jiwanya.(Arini Hidajati-Wong Edan).
Bersyukurlah kita yang masih memiliki otak yang waras, yang menjalankan kehidupan dengan kesadaran tertinggi akan hakekat dan makna hidup yang kita jalani.
#Bahkan dari orang yang kita anggap gila pun, Allah memberi kita pelajaran...jadi nikmat Tuhan mana lagi kah yang kita dustai??
mantab.. menghitung jumlah orang gila..
BalasHapusaku juga pernah melakukan hal itu..
namun akhirnya aku lupa di pertengahan jalan ^^
salam kenal...
mampir ke blog ku yaaaa
hehehe... itu saking keselnya di jalan, maklum perjalanan dari rumah ke tempat kerjaku hampir 1 jam, itu juga iseng-iseng hehehe.. oke..thanks ya dah berkunjung..
BalasHapusokey Rijal.. thanks sudah berkunjung....:)
BalasHapus